BERKATA-KATA By Suci Rahayu S

 

Berkata-Kata Dan Merasa-Rasa

By Suci Rahayu Safitri

 

Sebagai seorang yang sudah menapaki kehidupan di dunia selama 25 tahun ini, aku telah mengamati sebagian fenomena kehidupan sosial yang terjadi di lingkungan sekitar. Berbagai kesan yang terasa menjadi referensi berbuat dan bertindak, setidaknya untuk jadi cermin bagi kehidupan dan pendidikan kehidupan yang kelak akan aku bagikan kepada anak-anak sebagai pegangan hidup mereka. Yaa harus seperti itu.

 Kata itu apa sih? Gabungan huruf dari K – A – T – A .  Kata adalah unsur Bahasa yang diucapkan atau dituliskan, yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Kata juga diartikan sebagai ujar; bicara. Kedua makna tersebut didapati dalam KBBI online.  Berkata-kata artinya bercakap-cakap sebagai sebuah kata kerja dapat juga diartikan sebagai berbicara dan sebagainya.  Kata sebagai alat dalam berbahasa, berkomunikasi, berinteraksi sesama manusia sebagai makhluk sosial. Kata adalah ungkapan yang keluar sebagai buah dari perasaan dan pikiran manusia.

 Kata sebagai alat menimbulkan berbagai kesan dalam hati manusia. Sebagai bagian dari interaksi manusia, berkata-kata akan selalu menimbulkan berbagai kesan yang bisa membekas atau tidak di hati dan pikiran setiap pembaca, pendengar dan lawan interaksi. Berkata-kata sebagai bentuk komunikasi seringkali menjadi ungkapan kekesalan, ekspresi tidak nyaman, ungkapan sedih, bahagia, haru dan perasaan-perasaan lain yang dirasakan manusia. Sebagai manusia biasa, Ketika sedang berbicara tak jarang kita berkata-kata seenak mulut tanpa mempertimbangkan reaksi dan kesan yang tertinggal pada lawan bicara kita.

 Yaa sebagai manusia biasa, --- balik lagi ke kata itu—banyak hal yang tidak kita sadari, sejauh mana kata-kata bisa menyinggung lawan bicara kita.  Komunikator yang baik adalah yang dapat menyampaikan inti pembicaraan dengan lugas, tepat dan jelas serta mudah dipahami oleh pendengar, menurutku sih begitu. Banyak orang tidak bisa berperan sebagai komunikator yang baik sehingga selalu banyak menimbulkan persepsi berbeda dari masing-masing pendengar.  Dan kesan serta impresi yang ditangkap pendengar sering kali bercampur dengan suasana hati dan kondisi emosional yang berbeda-beda. maasyaAllah sih, itu salah satu kuasa Allah yang menciptakan milyaran manusia tanpa ada satupun yang sama persis.

 Buatku, kemampuan komunikasi seseorang dalam berbicara memang berbeda-beda. Sebagai seorang manusia yang memerhatikan kondisi sosial masyarakat tempat aku tinggal, tempat aku singgah, dan sependek pengetahuan yang kupunya, kadang miris sendiri, kadang hanya bisa mengelus dada, hanya bisa mengatakan semoga aku tidak mencontoh sikap dan sifat seperti itu, semoga kelak, anak keturunan ku dihindarkan dari perbuatan dzalim dan mendzalimi. Kenapa? Ya karena melihat fenomena sosial yang terjadi itu. Menurutmu, bukankah sudah biasa melihat dan mengamati orang-orang yang lain dibibir lain dihati? Didepan bersikap manis di belakang miris. Di depan ingin dihormati, di belakang tidak menghormati. Lantas sikap dan sifat apakah ini? Termasuk dalam berkata-kata itu tadi. Na’udzubillah…

 Buat ku, berkata-kata adalah bagian dari hal-hal yang harus dapat kita kontrol.  Bukankah sebagai manusia yang diajarkan tata krama, undak usuk, sopan santun, dan nilai-nilai luhur lainnya harus diimplementasikan.  Banyak hal yang aku rasakan pula, Ketika seseorang berkata-kata terhadap aku pribadi, yang menimbulkan pertanyaan dalam diri sendiri “ kok bisa dia bilang seperti itu, berkata-kata seperti itu” kadang jadinya kita yang memaklumi sifat orang tersebut. “maklumlah.. pendidikannya” atau “maklumlah…sifatnya kan begitu” . kenapa bisa menimbulkan kesan seperti itu karena rasanya ada nilai dari kata-katanya yang tidak sesuai dengan nilai yang aku percaya.

 Semoga kata-kataku tidak membuat kalian tersinggung. Meski peluang ketersinggungan selalu ada, setidaknya aku akan dan harus selalu berusaha memilah dan memilih mana kata yang harus terucap dari mulutku mana yang tidak harus. Ketersinggungan karena kata-kata kadang terasa dan tidak terasa oleh yang berucap. Ada kalanya yang mengucapkan merasa tidak berniat menyinggung, tetapiyang mendengarkan ucapan merasa tersinggung. Hal tersebut karena situasi dan kondisi diri masing-masing yang tidak seirama. Apalagi sebagai manusia yang sudah mengenyam pendidikan, setidaknya kata-kata baiknya perlu dijaga. Berkata-kata juga perlu ada ilmunya.. tidak sepatutnya orang yang katanya dari lingkungan pendidikan, katanya jebolan dari pendidikan tinggi yang biayanya tidak sedikit, katanya berasal dari kalangan orang berada, tetapi tak pandai menjaga mulut dan isinya, tak pandai menjaga kata yang keluar dari mulut harimaunya. Semoga kita terhindar dari sifat mendzalimi melalui kata-kata.

Ada loh, kata-kata orang yang masih sangat membekas dalam pikiran dan ingatanku.. dan itu berkesan tidak baik buatku. Semoga lambat laun bisa menghilang dalam benakku.. aamiin..

Komentar